Kemarin Gayus Sang Mafia pajak berhasil dibawa ke Indonesia. Gw yakin pasti semua headline koran & acara-acara TV akan membahas dia. Ngga usah jauh-jauh obrolan keluarga gw pun masih mambahas kasus pajak yang lagi santer itu. Belum lagi ternyata sosok gayus baru berumur 30 tahun, persis usia kakak gw. Komentar ibu gw "Ikkh ibu sih ngga mau deh, dikasih duit hasil korupsi kayak gitu, gaman sih orang tuanya ngga nashatin dia". Hoho, tenanglah ibuku, anak-anakmu walaupun sedikit 100% uangnya halal.
Ngomonin kasus Gayus ini, keluarga gw jadi teringat kasus Roby. Siapakah Roby itu? Roby adalah sepupu jauh gw, dia datang dari keluarga yang boleh dibilang ngga mampu, tapi berotak cerdas, & akhirnya bisa diterima kuliah di STAN. Selama kuliah dia tinggal di rumah pakde gw yang kebetulan tinggal di Bintaro, saat ditanya pakde gw knapa masuk STAN, jawabannya polos supaya kuliahnya ngga bayar. Kemudian setelah lulus Roby bekerja di kantor pajak di Bandung.
Keliatannya semua lancar yah ... enak kalo kuliah di STAN, kuliah gratis, lulus langsung dapet kerja. Tapi di sinilah malapetaka terjadi. Belum seberapa lama bekerja di kantor pajak tersebut, Roby disuap sebesar, kalo ngga salah 400 juta oleh sebuah perusahaan, untuk mark up. pajak. Dan di kantor pajak hal tersebut ternyata sangat "biasa", semua kawan & atasan pun mengamini. Konflik batin, Roby tidak menerima suap tersebut & memutuskan "kabur" keesokan harinya, dia berhenti bekerja. Keliatannya lancar?? ngga juga, masalahnya adalah Roby belum menyelesaikan ikatan dinasnya, dia harus bayar pinalty, tapi yah uang dari mana? wong dia baru saja mulai bekerja. Akhirnya dia dikejar-kejar seperti buronan oleh kantor pajak. Keluarga besar pun mengumpulkan uang untuk mengembalikan uang pinalty tersebut. Kasusnya selesai sampai di situ. Roby kemudian mengambil S1 di UI, lulus kemudian bekerja sebagai pegawai biasa, menikah, punya anak dst. Dan masih hidup sebagai manusia super jujur.
Gw rasa mungkin banyak Roby-roby yang lain. Entah yang berakhir seperti Mas Roby sepupu jauh gw, berakhir menjadi koruptor karena "terpaksa" atau berakhir menjadi koruptor dengan "sukarela" seperti Gayus.
Gw heran, kenapa sosok seperti Sri Mulyani & pemerintah seperti kaget dengan kasus Gayus. Sudah rahasia umum khan kalo orang-orang yang bekerja di kantor pajak hidup di atas profile normalnya. Sudah dari dulu, dulu banget jauh sebelum gw juga harus jadi wajib pajak.
Apa kata dunia??
No comments:
Post a Comment